Demi Masa Depan

Berlariku tak sanggup
Berjalan pun aku tak mampu
Ingin berusaha menggapaimu
Namun apa daya....

Aku terdiam
Merenung memimpikan hari yang cerah
Akankah itu datang
Aku pun tak tahu..

Siang cerah mencekikku
Malam dingin menerpaku
Aku terpuruk dalam cobaan
Oh Tuhan... kapankah ini berakhir....

Aku berteriak dalam hati
Aku harus bangkit, kerja keras
Bangkit dari serba ketiadaan ini
Kerja keras untuk lepas dari kesengsaraan ini....

Ya... Bangkit adalah kunciku
Kunci untuk masa depanku
Masa depan yang sukses
Masa depan yang membahagiakan....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

INDUKTIF


1. Generalisasi

   Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki. Generalisasi dapat dibedakan menjadi generalisasi yang berbentuk loncatan induktif dan bukan loncatan induktif.
1. Loncatan induktif 
Sebuah generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang ada belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
2. Bukan loncatan induktif 
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Perbedaan generalisasi dengan loncatan induktif dengan tanpa loncatan induktif terletak pada persoalan jumlah fenomena yang diperlukan.

2. Hipotese 

   Hipotese adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu dalam penuntuk dalam penelitian fakta lebih lanjut. Sebaliknya teori merupakan hipotese yang relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan dapat diterapkan pada fenomena yang relevan atau sejenis.

Untuk merumuskan hipotese yang baik perhatikan ketentuan berikut:
  1. Memperhitungkan semua evidensi yang ada
  2. Bila tidak ada alasan lain, maka antara dua hipotesa yang mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotesa yang sederhanan daripada yang rumit.
  3. Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia
  4. Hipotese buka hanya menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya, tetapi harus menjelaskan fakta-faktasejenis yang belum diselidiki.

3. Analogi 

   Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain.
Analogi diartikan jua sebagai proses penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan berdasarkan kesamaan aktual antara dua hal dapat diperinci lagi untuk tujuan berikut:
  1. Untuk meramalkan kesamaan
  2. Untuk menyingkapkan kekeliruan
  3. Untuk menyusun sebuah klarifikasi

4.  Hubungan Kausal

     Hubungan sebab akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat. Hubungan kausal didalam dunia modern ini, kadang-kadang tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali. Pada umumnya hubungan kausal ini dapat berlangsung dalam tiga pola berikut : 
1. Sebab Ke Akibat 
 Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat.

2. Akibat Ke Sebab 
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berfikir yang induktif juga dengan berolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.

3. Akibat Ke Akibat
Proses penalaran yang berproses dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENALARAN

1.1 Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
1.2 Proposisi

Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut “nilai kebenarannya” (truth value). Proposisi selalu dinyatakan dalam kalimat berita, bukan sebagai kalimat tanya maupun kalimat perintah.
 
Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat yg berbeda dapat mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama.

Unsur-unsur proposisi :
a.    Term subyek  : hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan.
b.    Term predikat : apa yang diakui atau diingkari tentang subyek
c.  Kopula        : penghubung (adalah, bukan/tidak) antara term subyek dan term predikat, dan sekaligus member bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan itu.

Proposisi merupakan bangunan dasar dari teori logika. Sebuah kalimat adalah proposisi apabila isi kalimat tersebut sanggup menjadi benar atau salah (dapat dinilai benar atau salah) = kalimat berita (informatif). Dalam kata lain proposisi selalu dinyatakan dalam kalimat berita, bukan sebagai kalimat tanya maupun kalimat perintah.

1.3 Inferensi dan Implikasi

Inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik kesimpulan. Implikasi juga berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.

1.4 Wujud Evidensi

Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.

1.5 Cara Menguji Data

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.

1.    Observasi : melakukan peninjauan untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dengan mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.

2.    Kesaksian : meminta keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu.

3.    Autoritas : meminta pendapat dari seorang ahli atau mereka yang telah menyelidik fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka di bidang itu.

1.6 Cara Menguji Fakta

Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

1.    Konsistensi : Tidak ada satu evidensi yang bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain, maka argumentasi itu tidak akan meyakinkan pembaca atau pendengar.

2. Koherensi : fakta yang digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman manusia atau sesuai dengan pandangan juga sikap yang berlaku. Penulis harus meyakinkan pembaca untuk menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya.

1.7 Cara Menguji Autoritas

Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.

1. Tidak Mengandung Prasangka
Pendapat itu disusun berdasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Bila faktor-faktor itu tidak mempengaruhi autoritas itu, maka pendapatnya dapat dianggap sebagai pendapat yang obyektif.

2. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal dan harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya tadi. Pengalaman yang diperoleh autoritas dengan penelitian yang dilakukannya dan mempresentasikan hasil-hasil penelitian juga pendapatnya, akan lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama diatas harus diperhatikan

3. Kemashuran dan Prestise
Meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi dibidang lain. Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Selama apa yang dikatakannya hanya merupakan pendapat, maka tidak menjadi masalah. Tapi sangat menyedihkan bila pendapatnya itu dikutip dan diperlakukan sebagai suatu autoritas, tanpa mengadakan penelitian sampai dimana kebenaran pendapat itu dan dasar-dasar mana yang dipakai dan diandalkan untuk menyusun pendapat itu.

4. Koherensi dengan Kemajuan
Pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada satu autoritas. Dengan bersandar pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Deduktif


Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Jenis penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu
1.    Silogisme Kategorial
2.    Silogisme Hipotesis
3.    Silogisme Alternatif
4.    Entimen.

1.1 Silogisme Kategorial 

Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebur premis mayor dan peremis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor. Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1)    Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3)    Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4)    Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5)    Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)    Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)    Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8)  Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh silogisme Kategorial:

My     : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn     : Susi adalah mahasiswa
K          : Susi lulusan SLTA

My     : Tidak ada manusia yang tidak bernafas
Mn     : Andi adalah manusia
K        : Andi bernafas

1.2 Silogisme Hipotesis 

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berrproposisi kondisional hipotesis. Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial. 
Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaitu :
            1.    Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
            Contoh :
·         Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
·         Hari ini cerah ( premis minor )
Ø  Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).

             2.    Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
            Contoh :
·     Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor )
·         Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Ø  Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).

              3.    Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
             Contoh :
·         Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak akan maksimal
·         Pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
Ø  Maka hasil akan maksimal

              4.    Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
              Contoh :
·         Bila presiden Mubarak tidak turun , para demonstran akan turun ke jalan
·         Para demonstran akan turun ke jalan
Ø  Jadi presiden Mubarak tidak turun.

1.3 Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

1.4 Entimen

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
  • Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
  • Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.


http://ditaariska.blogspot.com/2013/04/silogisme-kategorial-silogisme.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS