Berlariku tak sanggup
Berjalan pun aku tak mampu
Ingin berusaha menggapaimu
Namun apa daya....
Aku terdiam
Merenung memimpikan hari yang cerah
Akankah itu datang
Aku pun tak tahu..
Siang cerah mencekikku
Malam dingin menerpaku
Aku terpuruk dalam cobaan
Oh Tuhan... kapankah ini berakhir....
Aku berteriak dalam hati
Aku harus bangkit, kerja keras
Bangkit dari serba ketiadaan ini
Kerja keras untuk lepas dari kesengsaraan ini....
Ya... Bangkit adalah kunciku
Kunci untuk masa depanku
Masa depan yang sukses
Masa depan yang membahagiakan....
Demi Masa Depan
00.46 |
Read User's Comments(0)
INDUKTIF
23.50 |
1. Generalisasi
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua
fenomena tadi. Generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, kalau
kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup
semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena-fenomena lain yang
sejenis yang belum diselidiki. Generalisasi dapat dibedakan menjadi
generalisasi yang berbentuk loncatan induktif dan bukan loncatan
induktif.
1. Loncatan induktif
Sebuah
generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa
fakta, namun fakta yang ada belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
2. Bukan loncatan induktif
Sebuah
generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta-fakta yang diberikan
cukup banyak dan meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang
kembali. Perbedaan generalisasi dengan loncatan induktif dengan
tanpa loncatan induktif terletak pada persoalan jumlah fenomena yang
diperlukan.
2. Hipotese
Hipotese adalah
semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan
fakta-fakta tertentu dalam penuntuk dalam penelitian fakta lebih lanjut.
Sebaliknya teori merupakan hipotese yang relatif lebih kuat sifatnya bila
dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas yang umum dan abstrak yang
diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan
fenomena-fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat
sementara mengenai sebab-sebab atau relasi fenomena-fenomena, sedangkan teori
merupakan hipotese yang telah diuji dan dapat diterapkan pada fenomena yang
relevan atau sejenis.
Untuk merumuskan hipotese yang baik perhatikan ketentuan berikut:
- Memperhitungkan semua evidensi yang ada
- Bila tidak ada alasan lain, maka antara dua hipotesa yang mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotesa yang sederhanan daripada yang rumit.
- Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia
- Hipotese buka hanya menjelaskan fakta-fakta yang membentuknya, tetapi harus menjelaskan fakta-faktasejenis yang belum diselidiki.
3. Analogi
Analogi adalah
suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu
sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan
berlaku pula untuk hal yang lain.
Analogi
diartikan jua sebagai proses penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan
berdasarkan kesamaan aktual antara dua hal dapat diperinci lagi untuk tujuan
berikut:
- Untuk meramalkan kesamaan
- Untuk menyingkapkan kekeliruan
- Untuk menyusun sebuah klarifikasi
4.
Hubungan Kausal
Hubungan sebab
akibat / hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan dari
dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu kegiatan tidak
dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu
kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
Hubungan kausal didalam dunia modern ini, kadang-kadang tidak mudah diketahui.
Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak
mempunyai sebab sama sekali. Pada umumnya hubungan kausal ini dapat berlangsung
dalam tiga pola berikut :
1. Sebab Ke Akibat
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat.
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat.
2. Akibat Ke Sebab
Hubungan
akibat ke sebab merupakan suatu proses berfikir yang induktif juga dengan
berolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui,
kemudian menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
3. Akibat Ke Akibat
Proses
penalaran yang berproses dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa
menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.
PENALARAN
23.48 |
1.1 Pengertian Penalaran
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
1.2 Proposisi
Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true)
atau salah (false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya.
Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut
“nilai kebenarannya” (truth value). Proposisi selalu dinyatakan dalam kalimat berita, bukan sebagai kalimat tanya maupun kalimat perintah.
Proposisi
adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain,
hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat
yg berbeda dapat mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama.
Unsur-unsur
proposisi :
a. Term
subyek : hal yang tentangnya pengakuan
atau pengingkaran ditujukan.
b. Term
predikat : apa yang diakui atau diingkari tentang subyek
c. Kopula
: penghubung (adalah,
bukan/tidak) antara term subyek dan term predikat, dan sekaligus member bentuk
(pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan itu.
Proposisi
merupakan bangunan dasar dari teori logika. Sebuah kalimat adalah proposisi
apabila isi kalimat tersebut sanggup menjadi benar atau salah (dapat dinilai
benar atau salah) = kalimat berita (informatif). Dalam kata lain proposisi
selalu dinyatakan dalam kalimat berita, bukan sebagai kalimat tanya maupun
kalimat perintah.
1.3 Inferensi dan Implikasi
Inferensi
berasal dari kata Latin inferre yang
berarti menarik kesimpulan. Implikasi juga berasal dari bahasa Latin yaitu dari
kata implicare yang
berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya,
inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari
fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu
dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.
1.4 Wujud
Evidensi
Pada
hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukan dengan apa
yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah
evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau
informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
1.5 Cara Menguji Data
Data
dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena
itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan
yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa
cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1.
Observasi : melakukan peninjauan untuk lebih
meyakinkan dirinya sendiri dengan mengadakan peninjauan atau observasi singkat
untuk mengecek data atau informasi itu.
2.
Kesaksian : meminta keterangan dari orang
lain, yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu.
3.
Autoritas : meminta pendapat dari seorang
ahli atau mereka yang telah menyelidik fakta-fakta itu dengan cermat,
memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat
mereka sesuai dengan keahlian mereka di bidang itu.
1.6 Cara Menguji Fakta
Untuk
menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,
maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian
tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta,
sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua
yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat
kesimpulan yang akan diambil.
1.
Konsistensi : Tidak ada satu evidensi yang
bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain, maka argumentasi itu tidak
akan meyakinkan pembaca atau pendengar.
2. Koherensi : fakta yang digunakan sebagai
evidensi harus koheren dengan pengalaman manusia atau sesuai dengan pandangan
juga sikap yang berlaku. Penulis harus meyakinkan pembaca untuk menerima
fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya.
1.7 Cara Menguji Autoritas
Seorang
penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari
tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan
pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian
atau data eksperimental.
1. Tidak
Mengandung Prasangka
Pendapat
itu disusun berdasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya.
Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa
autoritas tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya.
Bila faktor-faktor itu tidak mempengaruhi autoritas itu, maka pendapatnya dapat
dianggap sebagai pendapat yang obyektif.
2. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Pendidikan
yang diperoleh menjadi jaminan awal dan harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya
tadi. Pengalaman yang diperoleh autoritas dengan penelitian yang dilakukannya
dan mempresentasikan hasil-hasil penelitian juga pendapatnya, akan lebih
memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama diatas harus
diperhatikan
3. Kemashuran dan Prestise
Meneliti
apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya
sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi dibidang lain.
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu,
dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Selama apa yang dikatakannya hanya
merupakan pendapat, maka tidak menjadi masalah. Tapi sangat menyedihkan bila
pendapatnya itu dikutip dan diperlakukan sebagai suatu autoritas, tanpa
mengadakan penelitian sampai dimana kebenaran pendapat itu dan dasar-dasar mana
yang dipakai dan diandalkan untuk menyusun pendapat itu.
4. Koherensi
dengan Kemajuan
Pendapat
yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman,
atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk
memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah
diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan
hanya pada satu autoritas. Dengan bersandar pada satu autoritas saja, maka hal
itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.
Deduktif
23.44 |
Penalaran Deduktif adalah
suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya
telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan
teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan
kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep
dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di
lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori
merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Jenis penalaran deduksi yang
menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu
1. Silogisme
Kategorial
2. Silogisme
Hipotesis
3. Silogisme
Alternatif
4. Entimen.
1.1 Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi
merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat
umum disebur premis mayor dan peremis yang bersifat khusus disebut premis
minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut
term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Premis
umum : Premis Mayor (My)
Premis
khusus : Premis Minor (Mn)
Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam
simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor. Aturan umum dalam silogisme kategorial
sebagai berikut:
1) Silogisme
harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme
terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3) Dua
premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4) Bila
salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari
premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila
premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari
premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh
silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Susi adalah mahasiswa
K : Susi lulusan SLTA
My : Tidak ada manusia yang tidak bernafas
Mn : Andi adalah manusia
K : Andi bernafas
1.2 Silogisme Hipotesis
Silogisme
hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berrproposisi
kondisional hipotesis. Silogisme Hipotesis
adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis
,dan premis minornya bersifat katagorial.
Silogisme Hipotesis ini dapat
dibedakan menjadi 4 macam , yaitu :
1. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui
bagian antecedent.
Contoh :
Contoh :
·
Jika hari ini cerah
, saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
·
Hari ini cerah (
premis minor )
Ø Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).
2. Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
Contoh :
Contoh :
· Jika hutan banyak yang gundul , maka akan
terjadi global warming ( premis mayor )
·
Sekarang terjadi global warming ( premis
minor )
Ø Maka
hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).
3. Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
Contoh :
Contoh :
·
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di
persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak akan maksimal
·
Pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
Ø Maka
hasil akan maksimal
4. Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Contoh :
·
Bila presiden Mubarak tidak turun , para
demonstran akan turun ke jalan
·
Para demonstran akan turun ke jalan
Ø Jadi
presiden Mubarak tidak turun.
1.3
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
1.4 Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh
entimen:
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Langganan:
Postingan (Atom)